Tuesday, March 16, 2010

Libri di Luca by Mikkel Birkegaard (2007)

Birkegaard mengangkat sebuah sisi unik tentang perpustakaan, book club dan kekuatan pikiran seseorang. Berkisah dari kematian Luca, pemilik sebuah toko buku di Kopenhagen, Denmark yang mewarisi sebuah toko buku tua yang telah menjadi warisan turun temurun. Alkisah, Luca mempunyai seorang anak lagi-laki, seorang pengacara muda yang sukses yang telah merintis hidupnya jauh dari dirinya. Kematian Luca membawa Jon, anak laki-lakinya, untuk kembali ke toko buku milik ayahnya. Saat pemakaman, Jon melihat banyak orang-orang yang datang melayat ayahnya. Belakangan diketahuinya bahwa mereka adalah anggota perkumpulan pecinta buku di toko buku milik ayahnya.

Problem warisan yang jelas adalah apakah toko buku itu akan dijual oleh Jon atau ia akan mempertahankannya. Awalnya, Jon yang sedang menghadapi perkara pengadilan yang cukup rumit tidak terlalu memberi perhatian penuh pada toko buku ayahnya itu, sampai pada suatu situasi dimana ia dipecat dari perusahaan tempat ia bekerja dan ia kehilangan mobil bagus, handphone dan karirnya. Ia pun kembali ke toko buku itu dan menemui pengaruh dari orang-orang yang menganjurkan untuk menjual dan mempertahankan toko buku itu.

Birkegaard menjadikan buku ini semakin menarik, karena ia 'menghidupkan' teori A.J Greimas yang mengangkat sebuah model aktan, yang digunakan untuk menganalisa sebuah cerita dengan menggunakan enam faset atau aktan. Ke-enam aktan itu adalah:
(1) subyek (misalnya Pangeran);
(2) objek (penyelamatan Pangeran;
(3) Pengirim (Raja);
(4) Penerima (Raja, Ratu dan Pangeran, sebagai orang-orang yang mendapat keuntungan; (5) Penolong (tongkat ajaib, semangat Pangeran, yang menolong proses penyelesaian tindakan) ; dan
(6) Lawan (si peri jahat, naga, keletihan Pangeran yang menghalangi proses tersebut).*

Tentu saja, cerita ini sangat menarik jika ingin dianalisa melalui teori aktan tersebut. Namun, Birkegaard mempunyai sudut pandang lain dalam memanfaatkan model ini dalam ceritanya. Bayangkan kalau para anggota Book Club di Libri di Luca, mempunyai kemampuan menggerakkan pikirannya sebagai Pengirim atau Penerima yang menghidupkan cerita dari buku yang sedang dibaca seseorang. Jadi begini, Pengirim adalah mereka yang mempunyai kelebihan untuk menghidupkan isi ceritanya seolah-olah cerita itu hidup. Sedangkan penerima adalah mereka yang mampu menangkap isi cerita atau juga pikiran dari seseorang yang sedang membaca. Pembaca akan mengerti perpaduan interaksi si Pengirim dan Penerima ketika mereka membaca bagian buku ini saat Jon dan Katherine berinteraksi saat Jon membaca. Proses komunikasi dan interaksi tanpa bahasa verbal dan tatap muka melainkan komunikasi terjadi antar pikiran.

Ternyata ada orang-orang yang memiliki kemampuan sebagai Penerima dan Pengirim ini yang hendak menggunakan kekuatannya untuk maksud yang tidak baik. Belakangan hal ini mengungkapkan misteri kematian ayah dan ibu Jon yang ternyata kematian mereka merupakan rekayasa orang-orang yang haus akan kekuatan dan kekuasaan itu. Jon nyaris terjebak dalam permainan licik mereka, namun Katherine dan kawan-kawannya berhasil menyelamatkannya.

Saya perlu membaca secara serius untuk mencerna misteri yang terjadi. Paling tidak, saya perlu meresapi bab bab terakhir yang mengisahkan penuntasan misteri yang dihadapi Jon dan Katherine. Birkegaard cukup piawai untuk mengemas sebuah ide cerita misteri yang tidak biasa.

* Hebert, Louis, Tools for Text and Image Analysis: An Introduction to Applied Semiotic. 5. The Actantial Model

No comments:

Post a Comment