Sunday, July 11, 2010

A thousand years of good prayers by Yiyun Li

"It is what we sacrifice that makes life meaningful"
Mr Shi [p 203]

Buku ini merupakan kumpulan dari sepuluh cerita pendek. Cerita cerita Yiyun mengangkat kehidupan modern Cina yang kadang dikontradiksikan dengan sejarah yang kompleks yang dihidupkan dalam situasi sederhana kehidupan anggota keluarga.

Dalam cerita 'Son' misalnya, seorang ibu yang tadinya adalah anggota dari Partai Komunis kemudian setelah suaminya meninggal, ia menjadi penganut Kristen. Pada suatu masa, Han, anaknya yang sudah lama tinggal di Amerika dan bekerja di sana, kembali pulang dan menyatakan bahwa dirinya adalah seorang gay. Sang Ibu ingin agar Han menjadi penganut Kristen. Namun kisah sedih masa kecilnya, telah membawa trauma pada hidupnya. Ketika Han kecil, kekristenan adalah sesuatu yang dilarang oelh pemerintah saat itu. Han kecil mendapat hadiah sebuah Alkitab dari sahabat laki lakinya, dan ia menyimpannya demikian rupa sebagai sebuah benda yang sangat berharga. Kadang mereka berdua membaca Alkitab itu bersama dan menikmati cerita-cerita didalamnya. Namun, tak pelak, Alkitab ini ditemukan oleh sang ayah, dan kemudian dibakar oleh sang Ibu. Hal inilah yang menjadi peluru balik sang anak kepada Ibunya yang menyatakan bahwa semua itu sudah terlambat. Setelah sang Ibu yang mengetahui keadaan orientasi seksual sang anak -yang besar dalam pengaruh budaya Amerika-, tetap dapat menerima sang anak dengan penuh kasih.

Cerita lain yang menggambarkan hubungan ayah dan anak perempuan diangkat dalam cerita pendek berjudul 'A Thousand Years of Good Prayers'. Kali ini, seorang ayah mati-matian ingin mengunjungi sang putri yang telah tinggal dan menetap di Amerika, yang baru saja bercerai dari suaminya. Tujuan sang ayah, awalnya adalah ingin mengunjungi dan melihat Amerika sebagai hadiah ulang tahunnya. Namun tentu saja ini adalah alasan sang ayah agar bisa mengunjungi sang putri untuk mencari tahu kondisi sebenarnya. Sayangnya, sang putri tidak dengan terbuka menerima kehadiran sang ayah dalam rumahnya. Sifat pendiam yang merupakan ke khasannya sejak kecil, menyulitkan sang ayah untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam kegagalan pernikahannya. Sifat kemandirian dan budaya Amerika yang 'apa adanya' serta kekecewaan masa lalu nampak jelas dalam relasi ayah anak ini. Akhirnya, rahasia sang ayah, yang selama ini selalu dibangga-banggakan yaitu ilmuwan roket, terbuka. Ternyata, sang ayah berhenti menjadi ilmuwan saat sang ayah ketahuan mempunyai affair dengan seorang wanita tehnisi di kantornya. Sang ayah pun ditempatkan pada posisi paling bawah untuk ukuran orang yang memiliki keterampilan seperti dirinya. Saat itu, sang ayah dapat menyembunyikan kisah kantornya ini dari istri dan sang putri dengan alasan bahwa pekerjaannya adalah rahasia dan tidak boleh diceritakan kepada keluarganya. Meskipun akhirnya sang istri dan sang putri mengetahui cerita sebenarnya dari orang lain. Sekali lagi Li mengangkat kisah masa lalu menjadi peluru balik. Sang putri yang pendiam, didesak sang ayah untuk bicara, namun ia mengatakan bahwa sang ayah-lah yang telah lebih dulu diam dalam waktu yang sangat panjang saat ia bertumbuh.

Saat mengunjungi sang putri di Amerika, Mr Shi, sang ayah banyak menghabisi waktunya di taman. Akhirnya ia yang memiliki teman berbincang, yaitu seorang perempuan Iran. Dengan perempuan ini Mr Shi banyak bercerita tentang putrinya bahkan juga masa lalunya. Mr Shi mengakui bahwa ia tidak mungkin mengakui perselingkuhannya dengan wanita lain dengan mengorbankan istri dan anak perempuan yang begitu baik.

"It is what we sacrifice that makes life meaningful"

Uniknya, meski kadang komunikasi mereka berdua terjadi dengan menggunakan bahasa dari negara masing-masing, Mr Shi dan Madam menikmati waktu kebersamaan mereka. Mr Shi mengakui juga bahwa relasi ini belum pernah ia miliki sebelumnya, bahkan dengan istrinya sendiri. Mr Shi mengatakan pada Madam, wanita Iran itu:

Xiu bai shi ke tong zhou. It takes three hundred years of prayers to have the chance to cross a river with someone in the same boat.
'That we get to meet and talk to each other-- it must have taken a long time of good prayers to get us here'

Buku yang layak untuk dibaca.

The Secret by Rhonda Byrne (2007)

Secara umum, hal yang dapat saya terima dari konsep Rahasi Bryrne ini adalah perihal penekanan untuk berpikir positif, mensyukuri atas apa yang kita miliki serta rahasia kesehatan.

Konsep berpikir positif ini mirip dengan yang pernah saya baca dalam buku Berpikir dan Berjiwa besar karya David I. Schwartz [1959] yang pertama kali saya baca saat saya duduk di bangku SMP. Schwartz menyatakan bahwa otak kita ini seperti dua keran yang memiliki fungsi keran negatif dan positif. Kitalah yang memegang kendali, keran mana yang akan kita buka. Sekali kita membuka keran positif, maka pikiran dan nilai-nilai positif lah yang akan terus keluar dan tentunya akan membawa hasil positif pula. Demikian pula sebaliknya.

Konsep pengungkapan rahasia Bryne yang kurang saya setujui adalah konsep bahwa semesta yang akan berfungsi sebagai jin yang akan melaksanakan perintah-perintah kita. Meski dalam buku Alchemist-nya Paulo Coelho, konsep peran aktif semesta ini juga diangkat, namun saya melihatnya sebagai sebuah bentuk sikap positif dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai.

Beberapa ayat Alkitab yang dikutip juga menurut saya kurang tepat. Kutipan ini lebih menjurus pada dukungan konsep yang dikembangkan oleh Byrne, daripada memahami kutipan ayat itu dalam konteks yang sebenarnya. Apalagi kemudian menjadikan diri kita Tuhan atas semesta ini.

Rahasia kesehatan juga sebenarnya bermuara pada self-healing melalui pikiran-pikiran positif kita. Saya sependapat, karena pikiran, sifat dan sikap positif menjauhkan kita dari pikiran negatif, stress dan emosi negatif lainnya yang menyebabkan tubuh kita bertoleransi pada penyakit yang hinggap pada tubuh kita.

Meski buku dan film ini telah membawa perubahan pada banyak orang, saya tetap menilai bahwa kandungan nilai teori sukses sangat kental di dalamnya. Dan saya masih percaya bahwa Tuhanlah yang memegang kendali hidup kita.

Sunday, July 4, 2010

The man who loved books too much by Allison Hoove Bartlett

Buku ini berkisah tentang John Gilkey, yang begitu besar kecintaannya terhadap buku-buku. Passion nya kepada buku, diungkapkan dengan usaha dan kerja kerasnya mengumpulkan buku-buku klasik edisi pertama, yang diburunya di toko-toko buku maupun barang antik. Namun yang diinginkannya adalah perolehan buku - buku ini, tanpa mengeluarkan uang se-sen pun.

Bartlett mengisahkan perburuan Gilkey dan bagaimana ia harus mengalami masuk keluar penjara karena usaha kriminalnya ini. Kisah nyata ini diungkapkan Bartlett melalui wawacara langsung dengan Gilkey serta para penjual buku antik maupun agent yang bergabung dalam sebuah asosiasi.

Buku ini mengupas dengan jelas, trik trik Gilkey dalam tindak kejahatannya membeli buku-buku edisi pertama buku buku klasik itu dengan menggunakan kartu kredit orang lain.

Akhir cerita tidak ditutup dengan kesimpulan atau cerita penutup, sad atau happy.

Cerita dalam buku ini cukup membuka wawasan pecinta buku bagaimana berharganya buku-buku yang layak untuk dijadikan koleksi oleh para kolektor berduit.

Tuesday, June 8, 2010

Dear Miffy by John Marsden (1997)

Contents may offend some readers

Buku ini berisi surat-surat Tony, seorang anak laki-laki berusia enam belas tahun kepada Miffy, mantan pacarnya. Tony berasal dari keluarga yang tidak harmonis dan harus tinggal dengan om dan tantenya. Beragam hal kehidupan yang dihadapinya, ditulis kepada Miffy, dan terselip kisah-kisah mereka di masa silam. Tulisannya menggunakan bahasa gaul dan slang ala anak muda.

Thursday, June 3, 2010

Jangan main-main (dengan kelaminmu) by Djenar Maesa Ayu

Novel dewasa.
Membahas habis seksualitas wanita dan pria, menerobos fakta-fakta fungsi seksual yang tidak lazim sekaligus mengangkat potret kehidupan metropolitan dari sudut kegiatan seksualitas mereka saat ini secara blak-blakan. Breakingthrough the norm and value of modern life. Hati-hati, ada cerita yang mungkin kita tidak mau membacanya...

Saturday, May 22, 2010

To the Wedding by John Berger

Buku ini menarik saat awal cerita dibuka oleh penuturan kisah dari seorang buta penjual tamata. Tamata adalah sebuah objek yang dipakai untuk orang berkaul. Tama bisa terbuat dari alumunium, perak atau emas. Ukurannya seperti kartu kredit.Kata Tama berasal dari kata kerja tazo, yang artinya berjanji. Sebagai gantinya atas janji yang dibuat, orang berharap akan berkat. Misalnya, jika seseorang yang dikasihi sedang sakit, maka doa yang dipanjatkan adalah ia akan menjadi orang yang baik, kalau orang yang dikasihinya sembuh. Cuplikan hidup penjual tamata ini menarik, karena pembaca menjadi paham bagaimana kehidupan penjual tamata yang tidak bisa melihat ini.

Cerita bergulir ketika seorang ingin membeli sebuah tamata untuk anak perempuannya yang akan menikah. Pernikahan putri satu-satunya ini menjadi tidak biasa karena ternyata Ninon, putrinya terkena virus HIV.

Judul To the wedding menjadi sebuah rangkaian cerita perjalanan dari orang tua Ninon yang sudah berpisah lama menuju tempat pernikahannya, perjalanan cinta Ninon dan Gino setelah Ninon dipastikan mengidap HIV. Gino tidak mundur, meskipun Ninon memutuskan untuk meninggalkannya.

Akhirnya Ninon dan Gino menikah, dihadiri oleh kedua orang tuanya, sahabat, saudara dan teman-temannya.

Sayangnya, doa sang ayah yang membeli tamata untuk Ninon, putrinya, tidak disebut dalam cerita ini.

Sunday, May 16, 2010

Salju Kilimanjaro - Kumpulan Cerpen Ernest Hemingway (YOI, 2002)

Judul asli buku ini adalah The Snow of Kilimanjaro yang diterbitkan tahun 1961. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ursula Gyani Buditjahja dan diberi Pengantar oleh Melani Budianta. Edisi bahasa Indonesia ini diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia tahun 2002.

Kumpulan cerpen Hemingway ini umumnya mengangkat tema yang sederhana, penggalan cerita hidup manusia yang sederhana, namun dikemas apik dan sarat makna. Pembaca perlu mencermati alur ceritanya untuk mendapatkan makna ceritanya secara utuh.

Sebagai contoh, saya angkat satu contoh cerpennya yang berjudul Cerita Kebahagiaan Hidup Francis Macomber. Cerita ini tentang perburuan hewan ganas di hutan yang melibatkan Nyonya Macomber dan Wilson, seorang guide pemburu bayaran yang bertugas mendampingi Francis dalam melakukan perburuan harimau dan banteng. Francis sebetulnya tidak punya nyali besar, cenderung penakut tapi ingin mencoba keberaniannya. Kebahagiaanya adalah saat ia berhasil memburu seekor harimau. Namun, kebahagiaan yang dapat dibanggakan kepada istrinya itu tidak lama, karena di akhir cerita, ia mati mengenaskan karena serangan buruannya, banteng. Percakapan antara Nyonya Macomber dan Wilson, menunjukkan bahwa Nyonya Macomber lah yang merancang kematian suaminya. Dan ia tidak menyangkal saat dikonfrontasi oleh Wilson. Namun, tidak mudah bagi pembaca -maksudnya, saya- untuk mencari tahu dimana letak campur tangan Nyonya Macomber dalam usahanya, karena Hemingway mengungkapkan detil perburuan ini tanpa campur tangan Nyonya Macomber.

Ada yang bisa bantu, dimana letak usaha Nyonya Macomber dalam menghilangkan suaminya agar ia bisa melanjutkan hubungannya dengan Wilson, sang pemburu bayaran itu?

Friday, May 7, 2010

The Alchemist by Paulo Coelho (1992)

"Never stop dreaming," the old king has said. "Follow the omens" (p.64)

Buku ini memberi saya semangat untuk terus mengejar mimpi, teguh pada kata hati dan fokus pada tujuan mimpi saya.

"When you want something, all the universe conspires to help you to achieve it," the old king has said (p.65)

Bagi Santiago, tokoh utama dalam buku ini, pernyataan Raja Tua itu terbukti saat ia jatuh cinta pada Fatima. Seorang gadis padang gurun, yang ia temui dalam perjalanannya menuju Mesir.

"So, I love you because the entire universe conspired to help me find you"
(p.128)


Pada kenyataannya, segala usaha-usaha positif untuk mewujudkan mimpi ini, sering menghadapi masalah. Namun Coelho mengatakan:

There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure (p.149) --> ucapan sang Alkemis

Buku ini akan sangat menarik jika digali lagi lebih dalam. Bagus untuk dibaca dan didiskusikan dalam kelompok seperti Book Club, misalnya.

Satu kutipan lagi dari percakapan Santiago dan sang angin tentang cinta:

When you are loved, you can do anything in creation. When you are loved, there’s no need at all to understand what’s happening, because everything happens within you, and even men can turn themselves into the wind. As long as the wind helps, of course. (p.155)

Very inspiring and triggering book! Must read!

Thursday, April 29, 2010

It's not the end of the world by Judy Blume

Haiyaahhh...ini buku tentang perceraian orang tua dari sudut pandang anak-anaknya.
Bagus sebagai bacaan buat anak-anak yang menghadapi perceraian orang tuanya.

Tidak ada anak yang menghendaki perpisahan ayah ibunya.

Judy Blume ingin menguatkan anak-anak yang terpaksa harus menghadapi situasi seperti ini, yaitu kehidupan tetap berjalan. Dan situasi yang awalnya sulit diterima ini, bukan merupakan penghalang untuk menikmati hidup selajutnya meski tidak memiliki orang tua yang lengkap.

Monday, April 26, 2010

Wangsit Siliwangi by E. Rokajat Asura (2009)

Harimau di Tengah Bara
(Novel kedua dari Prabu Siliwangi)

Melanjutkan cerita sebelumnya, buku ini menggambarkan kisah penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh keturunan Maharaja Prabu Siliwangi yaitu Prabu Cakrabuana atau Prabu Anom Walangsungsang dan Syarifah Mudaim atau Nyimas Rarasantang.

Kerajaan Cirebon kemudian menjadi 'hub' penyebaran agama Islam yang disebarkan oleh Maulana Syarif Hidayatullah, Putra Syarifah Mudaim -yang kemudian menikah dengan Nyi Ratna Pakungwati,Putri dari Prabu Cakrabuana. Penyebaran agama ini kemudian menyatukan kerajaan- kerajaan kecil di sekitarnya yang kemudian bergabung dengan kerajaan Cirebon, yang akhirnya menyatakan merdeka dan tidak lagi menyerahkan upeti ke Kerajaan Pakuan.

Tentu saja keputusan ini meresahkan Prabu Siliwangi yang tidak lain adalah kakek dari Maulana Syarif Hidayatullah dan Nyi Ratna Pakungwati. Penyerangan menuju Cirebon terhenti, dan Prabu Siliwangi kemudian menyampaikan wangsitnya kepada para pengikutnya, hingga akhirnya ia minta untuk ditinggalkan sendiri dalam pertapaannya.

Tuesday, April 13, 2010

Prabu Siliwangi by E. Rokajat Asura (2009)

Bara di Balik Terkoyaknya Raja Digdaya
(Novel pertama dari Dwilogi Prabu Siliwangi)

Kita tahu apa yang kita tahu,
Kita tahu apa yang tidak kita tahu
Kita tidak tahu apa yang kita tidak tahu...
(Pangeran Cakrabuana tentang hakikat pengetahuan)


Sebuah novel sejarah yang mengangkat tema keluarga dan pencarian jati diri dari seorang pewaris kerajaan, yaitu Prabu Anom Walangsungsang yang merupakan putra mahkota Sri Maharaja Prabu Siliwangi dengan salah satu permaisurinya, Ratu Subanglarang, Sri Maharaja Prabu Siliwangi, putri Ki Gedeng Tapa.

Ratu Subanglarang adalah pemeluk agama Islam, yang berbeda dengan kepercayaan suaminya, yang menganut agama Budha. Setelah dewasa, Prabu Anom Walangsungsang mempunyai dorongan yang sangat besar untuk mendalami agama Islam. Tentu saja hal ini ditentang oleh Prabu Siliwangi, yang menaruh harapan besar pada Walangsungsang sebagai pewaris kerajaan Pajajaran kelak. Namun, dorongan untuk belajar sudah begitu kuat dan mantapnya, sehingga Walangsungsang menerima konsekuensi diusir dari kerajaan oleh Sang Raja.

Kepergian sang kakak kemudian diikuti oleh sang adik perempuan, Nyimas Rarasantang, yang ingin mengikuti jejak kakaknya mendalami agama Islam. Dengan aji aji dan jurus silat yang sudah dipelajarinya di istana, akhirnya Rarasantang bertemu dengan kakaknya yang sudah menikah dengan Nyai Nini Indagayu, yang adalah purti dari salah satu guru Walangsungsang.

Pencarian kakak beradik ini tidak sia-sia, hingga akhirnya mereka bertemu dengan sang guru, Syaikh Nurjati, yang membimbing mereka menjadi pemeluk agama Islam.

Singkat kata, mereka kemudian menyebarkan agama Islam dengan membuka lahan pertanian baru dan membangun sebuah perkampungan dengan bercocok tanam hingga menciptakan perdagangan barter hingga akhirnya terbentuklah sebuah tempat Cai Rebon, yang kemudian menjadi Cirebon.

Dari buku ini, kita bisa melihat bagaimana terasi itu mula-mula ditemukan, dan bagaiman terbentuknya kota Cirebon.

Walangsungsang sendiri mengalami perubahan nama sesuai dengan perkembangan ilmunya. Ia menjadi Somadullah ketika menjadi pemeluk agama Islam, kemudian ia diberi nama Ki Cakrabumi dengan gelar Sri Mangana ketika bertemu dengan Ki Gedeng Alang-Alang yang kemudian mereka memerintah. Walangsungsang menjadi Pangeran Cakrabuana setelah ia meneruskan kepemimpinan Cirebon dan menjadi Abdullah Iman dan akhirnya menjadi Haji Abdullah Iman Bayanullah. Kemudian Walangsungsang dengan istrinya Nyai Nini Indangayu dikaruniai seorang anak bernama Ratu Mas Pakungwati dan Pangeran Carbon.

Tuesday, April 6, 2010

Lesson from Microsoft from day one: go big or go home

mulailah dengan berpikir besar

Inspirasi buku Leaving Microsoft to Change the World oleh John Wood (2006)

Buat saya yang punya mimpi untuk membangun Indonesia lewat ketersediaan sumber-sumber informasi bagi masyarakatnya dan juga memandaikan mereka lewat literasi informasi, buku ini sangat, sangat inspiratif, menggugah dan membakar semangat.

Buku ini mengupas perjuangan John Wood, salah seorang karyawan andal yang terpercaya di perusahaan besar Microsoft, dalam menjawab panggilan hidupnya untuk membangun perpustakaan dan sekolah di negara-negara berkembang.

Berawal dari kunjungan John untuk berlibur di pegunungan Himalaya, Nepal, John melihat bagaimana perjuangan seorang guru yang berkeinginan untuk mengadakan banyak buku bacaan untuk anak didiknya. Dan John kembali dengan 3000 buku untuk memenuhi perpustakaan sekolah di daerah itu.

Dari buku ini, saya melihat bagaimana ethos kerja seorang karyawan Microsoft diterapkan dalam organisasi pendidikan non profit, yang bercita-cita membangun ribuan perpustakaan, sekolah, lab komputer hingga program beasiswa untuk anak-anak perempuan.

Beberapa karakterisitk mental kerja yang saya dapati dari usaha John mengembangan usaha non profit ini adalah:

1. Kerja keras. John menunjukkan kerja keras yang luar biasa dalam menggerakaan organisasi yang bernama Room to Read ini. Satu hal yang saya lihat menjadi faktor penting pendorong totalitas kerjanya adalah:

2. Passion. Hmm...saya bingung menerjemahkan kata ini ke dalam bahasa Indonesia. Passion ini bukan saja dimiliki John yang pola kerjanya tidak lagi memperhitungkan 'untung rugi', tapi saat ia merekrut staf dan tenaga sukarela untuk mengembangkan organisasinya ia juga memilih orang-orang yang mempunyai pasion yang sama.

The only way to grow qickly, but sustainably, was to hire smart people with strong work ethics, give them bold and specific goals, and stay out of their way. (p255)


3.Selalu bersikap positif. Jelas bahwa usaha yang sedang dibangun tidak selalu mendapat respon positif dari orang-orang. Salah satu usaha John dalam menghadapi respons negatif dari orang-orang terhadap usahanya ini adalah dengan bersikap positif. The only way to move forward was to focus on the positive. Selain itu, tetap fokus pada tujuan merupakan pegangan saat kita menemui kegagalan.

If there is something out there that you want to do to make the world a better place, dont focus the obstacles. Dont ask for permission. Just dive in. Dont let the naysayers get you donw (p.238)

4.Jejaring/networking. Usaha untuk berjeraring, khususnya dalam penggalangan dana, merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh John.

Young charity must have the ability to sell its vision, its business model and its programs to potential donors (p.87),

Satu hal yang bisa dijadikan tips dalam mendekati donatur adalah: mintalah uangnya. Keengganan untuk meminta merupakan salah satu kendala yang harus diatasi. Pass this barrier or the organisation will suffer. Bersamaan dengan meminta tadi, bicarakan dengan mereka, hasil apa yang sudah dicapai. Satu hal yang bisa menjadi penguat kita dalam meminta adalah salah satu pernyataannya:

Not every person who wants to change the world is going to quit their job to do so. The goal is to allow anyone, be they an investment banker, a consultant, or a school teacher, to raise funds to help us to get more schools and libraries built (p.83)


if you ask people to reach deep, to think creatively, and to produce extraordinary results, they usually will..Too often in our modern world, they are not asked. (p.236)

Kesempatan meminta kepada para donatur sebenarnya membantu mereka menjadi perpanjangan tangan mereka yang mempunyai kerinduan untuk membantu mengubah dunia, tanpa harus meninggalkan pekerjaan mereka. Dan kadang, mereka hanya perlu..diminta. Setelah itu, transparansi adalah kunci keterjagaan dan konsistensi serta komitmen Room to Read kepada para donatur sebagai pertanggung jawaban organisasi yang sehat dan bersih.

5. Loyal. Bagaimana interaksi para pekerja yang tergabung dalam organisasi ini bisa memberikan yang paling baik dari mereka punya, dan saat yang bersamaan mereka tidak pernah merasa kurang, karena baik secara pribadi maupun organisasi, mereka diperhatikan kesejahteraannya. The loyalty demand much of his people, but also lets them know that he's got their back (p149). Ini merupakan salah satu refleksi ethos kerja salah satu mantan boss John di Microsoft, Steve. Dan John belajar banyak dari beliau.

John tidak mengingkari kalau totalitasnya mengelola organisasi ini berpengaruh pada kehidupan pribadinya, seperti kehilangan kekasih, ketidakmampuannya membeli rumah bagus (yang pasti akan dia dapati dengan mudah sekiranya ia mempertahankan pekerjaannya di Microsoft) maupun kehidupan sosial dan keluarga besarnya.

Lepas dari semua itu, John tidak melihat bahwa kehidupan di Microsoft dan kehidupan di Room to Read, merupakan dua kehidupan yang terpisah. Ia mengatakan bahwa dua dunia yang berbeda itu saling berkelanjutan, bahwa apa yang diterimanya saat ia bekerja di Microsoft, yaitu financial freedom dan tool kit keterampilan manajemen, telah memberi bukti nyata sangat membantunya ketika ia membangun Room to Read.

PS: Buku ini direkomendasi oleh sahabat saya, yang juga punya mimpi yang sama untuk mencerdaskan anak bangsa lewat buku.

Monday, March 29, 2010

For one more day by Mitch Albom (2006)

Ternyata, tanpa saya sadari, ini kali ke dua saya baca ini. Buku ini merupakan salah satu judul buku yang ingin saya baca dalam tantangan membaca saya tahun ini. Saya sudah pernah membacanya tahun 2008. Namun, saya mendapat hal-hal baru yang mungkin terlewat dari perhatian saat pertama kali saya membaca buku ini.

Saya dapat lebih merasakan bagaimana seorang anak memandang perceraian orang tuanya. Meski sang ayah atau sang ibu bersikeras dengan pendapat masing-masing tentang keputusan perpisahannya, namun seorang anak tidak akan melihat benar salah keputusan yang mereka buat. Anak hanya menginginkan kesatuan dan keutuhan hubungan orang tuanya.

Albom mengangkat bagaimana beruntungnya seorang Chick Benetto yang nyaris mati karena bunuh diri, karena diberi sebuah kesempatan untuk meluruskan hal-hal yang dianggapnya telah merusak hidup dan pernikahannya. Dan semua hal yang selama ini terkubur dan terpendam, terkuak oleh sebuah pertemuan dalam moment hidup matinya. Sang ibulah yang menghampirinya saat itu dan percakapan ibu dan anak ini yang kemudian menuntun Chick untuk dapat menikmati lima tahun selanjutnya setelah usaha bunuh diri itu.

Thursday, March 25, 2010

Tantangan membaca 50 judul buku setahun

Beberapa waktu lalu saat saya browsing laman tentang dunia perpustakaan sempat terlihat beberapa slogan tentang tantangan membaca. Salah satunya adalah 75 Books Challenge for 2010. Menarik, karena banyak pustakawan yang kemudian mengikuti kampanye ini dan mulai mendaftar buku-buku yang ingin mereka baca. Entah mengapa, setelah itu saya mulai menimbang-nimbang ide menarik ini.

Selama ini memang pilihan bacaan saya tidak teratur,artinya, saya membaca buku apa saja yang ada di depan saya atau buku bagus saat lihat-lihat di toko buku. Ide yang menarik juga kalau kita punya daftar pilihan buku-buku apa saja yang ingin kita baca. Paling tidak, kita punya pilihan judul buku untuk dibaca, dan berusaha tekun dan konsisten serta disiplin untuk menuntaskan judul-judul buku yang ingin kita baca.

Akhirnya, saya mulai mengitari bagian koleksi Fiksi di perpustakaan The Dickens, dan berhasil mendaftar 30an judul buku yang ingin saya baca. Kemudian saya mendapat daftar The Top 100 books of all time dari Guardian.co.uk. Maka, jadilah daftar buku-buku pilihan saya untuk diselesaikan dalam tahun 2010. Oh ya, ada enam judul saya kososngkan untuk buku-buku baru atau buku-buku menarik yang kemungkinan ditemui belakangan.

Daftar buku-buku itu ada di dibawah tag Reading Challenge: 50 books I wish to read in 2010, disamping tulisan ini :-). Nantinya, setiap buku yang selesai dibaca, akan bergeser ke tag Books!. Kalau dihitung-hitung, saya cuma punya waktu satu minggu kurang untuk satu buku. Padahal, buku-bukunya bervariasi dari ukuran font, bahasa dan ketebalan halamannya. Contohnya, buku Nagabumi karya Seno Gumira Ajidarma ada 800an halaman. Buku Anna Karenina, juga memiliki ketebalan seukuran buku Nagabumi dengan font huruf yang kecil-kecil.

Well...apapun situasinya, niat sudah dicanangkan.

Mari membaca!

Tuesday, March 16, 2010

Libri di Luca by Mikkel Birkegaard (2007)

Birkegaard mengangkat sebuah sisi unik tentang perpustakaan, book club dan kekuatan pikiran seseorang. Berkisah dari kematian Luca, pemilik sebuah toko buku di Kopenhagen, Denmark yang mewarisi sebuah toko buku tua yang telah menjadi warisan turun temurun. Alkisah, Luca mempunyai seorang anak lagi-laki, seorang pengacara muda yang sukses yang telah merintis hidupnya jauh dari dirinya. Kematian Luca membawa Jon, anak laki-lakinya, untuk kembali ke toko buku milik ayahnya. Saat pemakaman, Jon melihat banyak orang-orang yang datang melayat ayahnya. Belakangan diketahuinya bahwa mereka adalah anggota perkumpulan pecinta buku di toko buku milik ayahnya.

Problem warisan yang jelas adalah apakah toko buku itu akan dijual oleh Jon atau ia akan mempertahankannya. Awalnya, Jon yang sedang menghadapi perkara pengadilan yang cukup rumit tidak terlalu memberi perhatian penuh pada toko buku ayahnya itu, sampai pada suatu situasi dimana ia dipecat dari perusahaan tempat ia bekerja dan ia kehilangan mobil bagus, handphone dan karirnya. Ia pun kembali ke toko buku itu dan menemui pengaruh dari orang-orang yang menganjurkan untuk menjual dan mempertahankan toko buku itu.

Birkegaard menjadikan buku ini semakin menarik, karena ia 'menghidupkan' teori A.J Greimas yang mengangkat sebuah model aktan, yang digunakan untuk menganalisa sebuah cerita dengan menggunakan enam faset atau aktan. Ke-enam aktan itu adalah:
(1) subyek (misalnya Pangeran);
(2) objek (penyelamatan Pangeran;
(3) Pengirim (Raja);
(4) Penerima (Raja, Ratu dan Pangeran, sebagai orang-orang yang mendapat keuntungan; (5) Penolong (tongkat ajaib, semangat Pangeran, yang menolong proses penyelesaian tindakan) ; dan
(6) Lawan (si peri jahat, naga, keletihan Pangeran yang menghalangi proses tersebut).*

Tentu saja, cerita ini sangat menarik jika ingin dianalisa melalui teori aktan tersebut. Namun, Birkegaard mempunyai sudut pandang lain dalam memanfaatkan model ini dalam ceritanya. Bayangkan kalau para anggota Book Club di Libri di Luca, mempunyai kemampuan menggerakkan pikirannya sebagai Pengirim atau Penerima yang menghidupkan cerita dari buku yang sedang dibaca seseorang. Jadi begini, Pengirim adalah mereka yang mempunyai kelebihan untuk menghidupkan isi ceritanya seolah-olah cerita itu hidup. Sedangkan penerima adalah mereka yang mampu menangkap isi cerita atau juga pikiran dari seseorang yang sedang membaca. Pembaca akan mengerti perpaduan interaksi si Pengirim dan Penerima ketika mereka membaca bagian buku ini saat Jon dan Katherine berinteraksi saat Jon membaca. Proses komunikasi dan interaksi tanpa bahasa verbal dan tatap muka melainkan komunikasi terjadi antar pikiran.

Ternyata ada orang-orang yang memiliki kemampuan sebagai Penerima dan Pengirim ini yang hendak menggunakan kekuatannya untuk maksud yang tidak baik. Belakangan hal ini mengungkapkan misteri kematian ayah dan ibu Jon yang ternyata kematian mereka merupakan rekayasa orang-orang yang haus akan kekuatan dan kekuasaan itu. Jon nyaris terjebak dalam permainan licik mereka, namun Katherine dan kawan-kawannya berhasil menyelamatkannya.

Saya perlu membaca secara serius untuk mencerna misteri yang terjadi. Paling tidak, saya perlu meresapi bab bab terakhir yang mengisahkan penuntasan misteri yang dihadapi Jon dan Katherine. Birkegaard cukup piawai untuk mengemas sebuah ide cerita misteri yang tidak biasa.

* Hebert, Louis, Tools for Text and Image Analysis: An Introduction to Applied Semiotic. 5. The Actantial Model

Wednesday, February 17, 2010

Pustakawan, Cinta dan Teknologi oleh Blasius Sudarsono, MLS [2009]

Alasan saya membaca buku versi soft file karya Pak Blasius Sudarsono atau biasa saya memanggilnya pak BS, karena mba Yati Kamil, President ISIPII meminta saya menjadi salah satu pembahas pada acara diskusi dan peluncuran buku ini tanggal 19 Februari 2010. Mulailah saya baca dari pengantar yang ditulis oleh Pak Agus Rusmana, tulisan tentang Cinta dan tulisan-tulisan lepas dari pak BS yang terangkum dalam buku antologi ini.

Berangkat dari catatan pak Agus yang menyatakan bahwa pembaca tidak harus membaca buku ini dari awal, maka saya mulai membuat daftar, bagian-bagian mana yang akan saya prioritaskan untuk saya baca lebih dulu. Tentulah saya memilih tulisan-tulisan yang sangat dekat dengan dunia saya, dan inilah daftar yang saya baca lebih dahulu:

- Mengapa kita berhimpun
- Mengapa harus beragam
- Pendekatan dalam pencarian dan pendokumentasian inovasi masyarakat
- Keberinformasian: sebuah pemahaman awal
- Konsep keberinformasian di sekolah
- Pengembangan fasilitas dan layanan untuk menunjang perpustaan sebagai sumber belajar
- Perpustakaan menyikapi keberadaan internet
- Perpustakaan dua titik nol
- Menerapkan konsep perpustakaan 2.0
- Refleksi dan transformasi kepustakawanan
- Pemikiran tentang pustakawan bukan PNS
- Pendidikan profesional pustakawan dan kebutuhan masa depan perpustakaan di Indonesia
- Bangkit bersama dengan budaya baca

Kemudian saya baca sisa tulisan lainnya.

Mengomentari tulisan pak BS sulit dilakukan secara obyektif. Hal ini disebabkan karan saya kenal pak BS sejak saya masih kuliah hingga tahun 2003 saya 'kembali' menemuinya untuk sekadar minum kopi bersama di ruangan kerjanya dan mendiskusikan banyak hal di dunia kepustakawanan Indonesia, dan kepustakawanan sekolah, khususnya. Kadang saya sering malu hati saat beliau mengacu kembali ke bahan kuliah yang pernah diberikan di tahun-tahun saya kuliah. Saya sudah lupa.

Ke-subyektif-an ini justru buat saya merupakan keberuntungan, karena pak BS yang saya kenal adalah sosok senior yang terbuka terhadap pandangan yang berbeda dari pendapatnya, memberi masukan apa adanya dan bahkan keberadaan beliau cenderung sebagai pemicu atau sambil berkelakar kami menyebutnya sebagai kompor-er, pemicu kobaran semangat.

Tulisan-tulisan pak BS merupakan refleksi bagi pembaca untuk melihat sudah sampai mana perjalanan kepustakawanan Indonesia saat ini. Sepengetahuan saya, belum banyak penulis buku dalam dunia kepustakawanan Indonesia yang menyinggung sejarah, perkembangan dan trend terbaru dalam dunia kepustakawanan Indonesia seperti buku ini.

Usulan saya adalah -setelah diskusi dan peluncuran buku esok hari, saat diskusi dan masukan-masukan dari hadirin-, pak BS menulis sebuah buku sebagai bentuk penyempurnaan dari ide-ide yang tertuang dalam buku ini. Nantinya buku paska Pustakawan, Cinta dan Teknologi, bisa menjadi sebuah warisan dalam sejarah perkembangan dunia kepustakawanan Indonesia, khususnya pada generasi muda untuk belajar dari sejarah dan perjalanan kepustakawanan Indonesia sejauh ini.

Apalagi beberapa hari terakhir ini, ramai dibicarakan isu tentang Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dan susunan kepengurusannya yang baru saja terbentuk. Buku ini juga diharapkan dapat memberi peta situasi yang dapat digunakan sebagai penentu arah kebersamaan langkah para pustakawan Indonesia untuk bersatu padu membuat perubahan yang lebih significant lagi di masa yang akan datang.

Kalau dalam ulasan Cinta, pak BS menyatakan bahwa cinta tidak meninggalkan pasangannya karena itu artinya cinta sudah mulai redup, maka saya menyatakan bahwa cinta justru perlu dibagi tanpa harus meninggalkan pasangan kita....

Kalau pak BS menyarikan information literacy menjadi dua ide utama yaitu berpikir kritis dan berperilaku etis, saya katakan bahwa information literacy adalah gaya hidup masyarakat yang smart

Benarkah Indonesia selalu tertinggal dan cendering sering 'latah' atau ikut-ikutan dalam perkembangan di dunia kepustakawanan jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya?

Kalau pak BS menyarikan information literacy menjadi dua ide utama yaitu berpikir kritis dan berperilaku etis, saya katakan bahwa information literacy adalah gaya hidup masyarakat yang smart

Yuk...kita diskusi lebih jauh di acara diskusi dan peluncuran buku ini besok!

Tuesday, February 9, 2010

Dewey by Vicki Myro and Bret Witter (2008)

Kucing Perpustakaan Kota Kecil yang Bikin Dunia Jatuh Hati

Saat menyelesaikan buku ini, pembaca sepertinya membaca kisah hidup Vicki, Kepala Perpustakaan Umum di kota kecil Spencer, Ioawa. Saya sendiri agak lambat menyelesaikan buku ini karena agak bosan membaca sejarah kota, ataupun kehidupan Vicki. Sementara saya mencari-cari seperti apa si kucing Dewey ini. Untunglah tekad untuk menyelesaikan buku yang saya baca dalam bahasa Indonesia-nya ini, akhirnya menuntun saya bagaimana keunikan seekor kucing yang telah membantu mempromosikan sebuah perpustakaan di tengah masyarakatnya.

Sekian belas tahun Dewey menjadi bagian dari sebuah perpustakaan umum ini memang membawa fenomena sendiri. Bagaimana keberadaannya telah membawa perubahan pada beberapa anak-anak seperti mengubah sikap mereka menjadi lebih tenang saat mendengarkan cerita pustakawan di jam Mendongeng. Lebih dari itu, Dewey telah menumbuhkan rasa kepercayaan diri bukan saja pada para pustakawan yang bertugas di perpustakaan itu, melainkan juga kepada para pustakawan lain yang berjejaring dalam sebuah asosiasi perpustakaan kecil di daerah itu.


Ada satu paragraph yang memberikan nilai inspiratif buat saya:

Perpustakaan yang hebat tidak harus besar dan indah gedungnya. Tidak harus mempunyai fasilitas terbaik atau pegawai yang paling efisien, atau pengunjung paling banyak. Perpustakaan yang hebat itu melayani. Perpustakaan itu membaur dengan kehidupan masyarakat, dalam arti tidak tergantikan. Perpustakaan yang hebat itu tidak terlihat oleh siapapun karena selalu ada dan selalu dibutuhkan.

Rasanya buku ini bisa dikategorikan buku self-motivation bagi para pustakawan. Well...paling tidak, Dewey telah membuktikan keberadaanya telah mendongrak profesi pustakawan dan peran perpustakaan menjadi lebih gereget.

Wednesday, January 20, 2010

Run for your life by David Line (1966)

Buku ini berkisah tentang pertemanan, petualangan dan kriminal antara Woolcott dan Soldier (nama aslinya adalah Istvan Szolda). Berawal dari kebaikan hati Woolcott untuk menyelamatkan Soldier dari ancamana kakak kelasnya, akhirnya Woolcott berteman dengan Soldier. Soldier adalah orang Hungaria yang tinggal bersama ibunya. Hidupnya pas-pas-an dan tidak jarang, ia mendapat makanan dari Woolcott. Meski pada awalnya Woolcott tidak berminat untuk berteman lebih jauh dengan Soldier, namun pertemanan mereka membawa mereka kepada pengalaman Natal yang tidak terlupakan seumur hidup mereka.

Petualangan mereka berawal saat Soldier bercerita pada Woolcott bahwa tanpa sengaja ia mendengar rencana pembunuhan di perpustakaan yang ia kunjungi, dari dua orang yang berbicara dalam bahasa Hungaria. Woolcott menyarankan agar Soldier melaporkannya kepada Polisi setempat. Pada kenyataannya, masalahnya tidak berhenti sampai situ. Soldier dan Woolcot terlibat lebih jauh lagi dalam petualangan membongkar misteri pembunuhan ini, sampai akhirnya mereka secara diam-diam masuk ke rumah dimana pembunuhan itu akhirnya terjadi.

Misteri ini semakin rumit, saat Polisi membawa mereka ke rumah korban pembunuhan yang jelas-jelas mereka lihat telah tertembak oleh para pembunuh itu. Lalu, siapa sebenarnya kakek tua pincang yang menjadi sasaran pembunuhan oleh orang-orang Hungaria itu? Mengapa mereka menginginkan kematiannya? Saat para pembunuh mengetahui bahwa kedua anak laki-laki ini mengetahui rencana dan aksi mereka, kemudian menangkapnya, apa yang terjadi kemudian.

Cerita fiksi sejarah yang berlatar belakang peristiwa sejarah Cold War dan Inggris pada tahun 1960an ini, dan peristiwa Hungarian Revolution tahun 1956 merupakan buku yang sangat enak dibaca dan kisah petualangannya yang mendebarkan begitu memikat untuk dibaca.

Sunday, January 3, 2010

eat pray love (Gilbert, 2007)

Penasaran dengan film yang dibintangi oleh Julia Roberts, membuat saya ingin menikmati karya Elizabeth Gilbert ini terlebih dahulu sebelum menonton filmnya. Sempat terhenti beberapa lama setelah menghabisi setengah buku ini, meski akhirnya selesai juga di awal tahun 2010 ini.

Gilbert menceritakan pengalaman kunjungan ke tiga negara dengan tujuan yang berbeda-beda. Italy, India dan Indonesia. Italy dengan pengalaman kulinernya, India dengan pengalaman spiritualnya dan Indonesia, tempat ia mencari keseimbangan.

Tak pelak, saya menikmati bagian saat Gilbert mengunjungi Bali, Indonesia.
Ternyata, dalam buku ini dikatakan bahwa ini adalah kunjungan Gilbert ke dua kalinya ke Indonesia dan Bali.

Tujuan kunjungannya saat ini adalah 'berguru' pada Ketut Liyer, yang keduanya mempunyai kesepakatan membina hubungan mutualisme. Ketut, yang pekerjaannya adalah membaca masa depan orang dengan tangannya, menyembuhkan sakit penyakit, memimpin upacara keagamaan, - mengajarkan pada Gilbert apa yang ia ketahui. Sedangkan Gilbert, mengajarkan bahasa Inggris pada Ketut Liyer.

Dalam beberapa pekan, Gilbert sudan memiliki teman-teman Bali-nya dan juga expatriate yang sedang ada di Bali. Sampai akhirnya Gilbert menemukan cintanya pada Felipe. Keduanya pernah gagal dalam pernikahan dan Felipe begitu jatuh cintanya pada Elizabeth.

Elizabeth Gilbert tidak mengacu pada agama tertentu saat ia mencari Tuhannya. Nampaknya ia mencari keselarasan dengan alam raya melalui ritual yang dipelajarinya di India. Pun ketika ia berguru pada Ketut Liyer. Tidak terlalu jelas terungkap apakah akhirnya ia menemukan apa yang dicarinya. Namun ia menyatakan dengan jelas:

The task in Indonesia was to search for balance, but I dont feel like I'm searching for anything anymore because the balance has somehow naturally come into place. (hal.272)