Tuesday, April 13, 2010

Prabu Siliwangi by E. Rokajat Asura (2009)

Bara di Balik Terkoyaknya Raja Digdaya
(Novel pertama dari Dwilogi Prabu Siliwangi)

Kita tahu apa yang kita tahu,
Kita tahu apa yang tidak kita tahu
Kita tidak tahu apa yang kita tidak tahu...
(Pangeran Cakrabuana tentang hakikat pengetahuan)


Sebuah novel sejarah yang mengangkat tema keluarga dan pencarian jati diri dari seorang pewaris kerajaan, yaitu Prabu Anom Walangsungsang yang merupakan putra mahkota Sri Maharaja Prabu Siliwangi dengan salah satu permaisurinya, Ratu Subanglarang, Sri Maharaja Prabu Siliwangi, putri Ki Gedeng Tapa.

Ratu Subanglarang adalah pemeluk agama Islam, yang berbeda dengan kepercayaan suaminya, yang menganut agama Budha. Setelah dewasa, Prabu Anom Walangsungsang mempunyai dorongan yang sangat besar untuk mendalami agama Islam. Tentu saja hal ini ditentang oleh Prabu Siliwangi, yang menaruh harapan besar pada Walangsungsang sebagai pewaris kerajaan Pajajaran kelak. Namun, dorongan untuk belajar sudah begitu kuat dan mantapnya, sehingga Walangsungsang menerima konsekuensi diusir dari kerajaan oleh Sang Raja.

Kepergian sang kakak kemudian diikuti oleh sang adik perempuan, Nyimas Rarasantang, yang ingin mengikuti jejak kakaknya mendalami agama Islam. Dengan aji aji dan jurus silat yang sudah dipelajarinya di istana, akhirnya Rarasantang bertemu dengan kakaknya yang sudah menikah dengan Nyai Nini Indagayu, yang adalah purti dari salah satu guru Walangsungsang.

Pencarian kakak beradik ini tidak sia-sia, hingga akhirnya mereka bertemu dengan sang guru, Syaikh Nurjati, yang membimbing mereka menjadi pemeluk agama Islam.

Singkat kata, mereka kemudian menyebarkan agama Islam dengan membuka lahan pertanian baru dan membangun sebuah perkampungan dengan bercocok tanam hingga menciptakan perdagangan barter hingga akhirnya terbentuklah sebuah tempat Cai Rebon, yang kemudian menjadi Cirebon.

Dari buku ini, kita bisa melihat bagaimana terasi itu mula-mula ditemukan, dan bagaiman terbentuknya kota Cirebon.

Walangsungsang sendiri mengalami perubahan nama sesuai dengan perkembangan ilmunya. Ia menjadi Somadullah ketika menjadi pemeluk agama Islam, kemudian ia diberi nama Ki Cakrabumi dengan gelar Sri Mangana ketika bertemu dengan Ki Gedeng Alang-Alang yang kemudian mereka memerintah. Walangsungsang menjadi Pangeran Cakrabuana setelah ia meneruskan kepemimpinan Cirebon dan menjadi Abdullah Iman dan akhirnya menjadi Haji Abdullah Iman Bayanullah. Kemudian Walangsungsang dengan istrinya Nyai Nini Indangayu dikaruniai seorang anak bernama Ratu Mas Pakungwati dan Pangeran Carbon.

No comments:

Post a Comment