Sunday, July 11, 2010

A thousand years of good prayers by Yiyun Li

"It is what we sacrifice that makes life meaningful"
Mr Shi [p 203]

Buku ini merupakan kumpulan dari sepuluh cerita pendek. Cerita cerita Yiyun mengangkat kehidupan modern Cina yang kadang dikontradiksikan dengan sejarah yang kompleks yang dihidupkan dalam situasi sederhana kehidupan anggota keluarga.

Dalam cerita 'Son' misalnya, seorang ibu yang tadinya adalah anggota dari Partai Komunis kemudian setelah suaminya meninggal, ia menjadi penganut Kristen. Pada suatu masa, Han, anaknya yang sudah lama tinggal di Amerika dan bekerja di sana, kembali pulang dan menyatakan bahwa dirinya adalah seorang gay. Sang Ibu ingin agar Han menjadi penganut Kristen. Namun kisah sedih masa kecilnya, telah membawa trauma pada hidupnya. Ketika Han kecil, kekristenan adalah sesuatu yang dilarang oelh pemerintah saat itu. Han kecil mendapat hadiah sebuah Alkitab dari sahabat laki lakinya, dan ia menyimpannya demikian rupa sebagai sebuah benda yang sangat berharga. Kadang mereka berdua membaca Alkitab itu bersama dan menikmati cerita-cerita didalamnya. Namun, tak pelak, Alkitab ini ditemukan oleh sang ayah, dan kemudian dibakar oleh sang Ibu. Hal inilah yang menjadi peluru balik sang anak kepada Ibunya yang menyatakan bahwa semua itu sudah terlambat. Setelah sang Ibu yang mengetahui keadaan orientasi seksual sang anak -yang besar dalam pengaruh budaya Amerika-, tetap dapat menerima sang anak dengan penuh kasih.

Cerita lain yang menggambarkan hubungan ayah dan anak perempuan diangkat dalam cerita pendek berjudul 'A Thousand Years of Good Prayers'. Kali ini, seorang ayah mati-matian ingin mengunjungi sang putri yang telah tinggal dan menetap di Amerika, yang baru saja bercerai dari suaminya. Tujuan sang ayah, awalnya adalah ingin mengunjungi dan melihat Amerika sebagai hadiah ulang tahunnya. Namun tentu saja ini adalah alasan sang ayah agar bisa mengunjungi sang putri untuk mencari tahu kondisi sebenarnya. Sayangnya, sang putri tidak dengan terbuka menerima kehadiran sang ayah dalam rumahnya. Sifat pendiam yang merupakan ke khasannya sejak kecil, menyulitkan sang ayah untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam kegagalan pernikahannya. Sifat kemandirian dan budaya Amerika yang 'apa adanya' serta kekecewaan masa lalu nampak jelas dalam relasi ayah anak ini. Akhirnya, rahasia sang ayah, yang selama ini selalu dibangga-banggakan yaitu ilmuwan roket, terbuka. Ternyata, sang ayah berhenti menjadi ilmuwan saat sang ayah ketahuan mempunyai affair dengan seorang wanita tehnisi di kantornya. Sang ayah pun ditempatkan pada posisi paling bawah untuk ukuran orang yang memiliki keterampilan seperti dirinya. Saat itu, sang ayah dapat menyembunyikan kisah kantornya ini dari istri dan sang putri dengan alasan bahwa pekerjaannya adalah rahasia dan tidak boleh diceritakan kepada keluarganya. Meskipun akhirnya sang istri dan sang putri mengetahui cerita sebenarnya dari orang lain. Sekali lagi Li mengangkat kisah masa lalu menjadi peluru balik. Sang putri yang pendiam, didesak sang ayah untuk bicara, namun ia mengatakan bahwa sang ayah-lah yang telah lebih dulu diam dalam waktu yang sangat panjang saat ia bertumbuh.

Saat mengunjungi sang putri di Amerika, Mr Shi, sang ayah banyak menghabisi waktunya di taman. Akhirnya ia yang memiliki teman berbincang, yaitu seorang perempuan Iran. Dengan perempuan ini Mr Shi banyak bercerita tentang putrinya bahkan juga masa lalunya. Mr Shi mengakui bahwa ia tidak mungkin mengakui perselingkuhannya dengan wanita lain dengan mengorbankan istri dan anak perempuan yang begitu baik.

"It is what we sacrifice that makes life meaningful"

Uniknya, meski kadang komunikasi mereka berdua terjadi dengan menggunakan bahasa dari negara masing-masing, Mr Shi dan Madam menikmati waktu kebersamaan mereka. Mr Shi mengakui juga bahwa relasi ini belum pernah ia miliki sebelumnya, bahkan dengan istrinya sendiri. Mr Shi mengatakan pada Madam, wanita Iran itu:

Xiu bai shi ke tong zhou. It takes three hundred years of prayers to have the chance to cross a river with someone in the same boat.
'That we get to meet and talk to each other-- it must have taken a long time of good prayers to get us here'

Buku yang layak untuk dibaca.

The Secret by Rhonda Byrne (2007)

Secara umum, hal yang dapat saya terima dari konsep Rahasi Bryrne ini adalah perihal penekanan untuk berpikir positif, mensyukuri atas apa yang kita miliki serta rahasia kesehatan.

Konsep berpikir positif ini mirip dengan yang pernah saya baca dalam buku Berpikir dan Berjiwa besar karya David I. Schwartz [1959] yang pertama kali saya baca saat saya duduk di bangku SMP. Schwartz menyatakan bahwa otak kita ini seperti dua keran yang memiliki fungsi keran negatif dan positif. Kitalah yang memegang kendali, keran mana yang akan kita buka. Sekali kita membuka keran positif, maka pikiran dan nilai-nilai positif lah yang akan terus keluar dan tentunya akan membawa hasil positif pula. Demikian pula sebaliknya.

Konsep pengungkapan rahasia Bryne yang kurang saya setujui adalah konsep bahwa semesta yang akan berfungsi sebagai jin yang akan melaksanakan perintah-perintah kita. Meski dalam buku Alchemist-nya Paulo Coelho, konsep peran aktif semesta ini juga diangkat, namun saya melihatnya sebagai sebuah bentuk sikap positif dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai.

Beberapa ayat Alkitab yang dikutip juga menurut saya kurang tepat. Kutipan ini lebih menjurus pada dukungan konsep yang dikembangkan oleh Byrne, daripada memahami kutipan ayat itu dalam konteks yang sebenarnya. Apalagi kemudian menjadikan diri kita Tuhan atas semesta ini.

Rahasia kesehatan juga sebenarnya bermuara pada self-healing melalui pikiran-pikiran positif kita. Saya sependapat, karena pikiran, sifat dan sikap positif menjauhkan kita dari pikiran negatif, stress dan emosi negatif lainnya yang menyebabkan tubuh kita bertoleransi pada penyakit yang hinggap pada tubuh kita.

Meski buku dan film ini telah membawa perubahan pada banyak orang, saya tetap menilai bahwa kandungan nilai teori sukses sangat kental di dalamnya. Dan saya masih percaya bahwa Tuhanlah yang memegang kendali hidup kita.

Sunday, July 4, 2010

The man who loved books too much by Allison Hoove Bartlett

Buku ini berkisah tentang John Gilkey, yang begitu besar kecintaannya terhadap buku-buku. Passion nya kepada buku, diungkapkan dengan usaha dan kerja kerasnya mengumpulkan buku-buku klasik edisi pertama, yang diburunya di toko-toko buku maupun barang antik. Namun yang diinginkannya adalah perolehan buku - buku ini, tanpa mengeluarkan uang se-sen pun.

Bartlett mengisahkan perburuan Gilkey dan bagaimana ia harus mengalami masuk keluar penjara karena usaha kriminalnya ini. Kisah nyata ini diungkapkan Bartlett melalui wawacara langsung dengan Gilkey serta para penjual buku antik maupun agent yang bergabung dalam sebuah asosiasi.

Buku ini mengupas dengan jelas, trik trik Gilkey dalam tindak kejahatannya membeli buku-buku edisi pertama buku buku klasik itu dengan menggunakan kartu kredit orang lain.

Akhir cerita tidak ditutup dengan kesimpulan atau cerita penutup, sad atau happy.

Cerita dalam buku ini cukup membuka wawasan pecinta buku bagaimana berharganya buku-buku yang layak untuk dijadikan koleksi oleh para kolektor berduit.