Monday, March 29, 2010

For one more day by Mitch Albom (2006)

Ternyata, tanpa saya sadari, ini kali ke dua saya baca ini. Buku ini merupakan salah satu judul buku yang ingin saya baca dalam tantangan membaca saya tahun ini. Saya sudah pernah membacanya tahun 2008. Namun, saya mendapat hal-hal baru yang mungkin terlewat dari perhatian saat pertama kali saya membaca buku ini.

Saya dapat lebih merasakan bagaimana seorang anak memandang perceraian orang tuanya. Meski sang ayah atau sang ibu bersikeras dengan pendapat masing-masing tentang keputusan perpisahannya, namun seorang anak tidak akan melihat benar salah keputusan yang mereka buat. Anak hanya menginginkan kesatuan dan keutuhan hubungan orang tuanya.

Albom mengangkat bagaimana beruntungnya seorang Chick Benetto yang nyaris mati karena bunuh diri, karena diberi sebuah kesempatan untuk meluruskan hal-hal yang dianggapnya telah merusak hidup dan pernikahannya. Dan semua hal yang selama ini terkubur dan terpendam, terkuak oleh sebuah pertemuan dalam moment hidup matinya. Sang ibulah yang menghampirinya saat itu dan percakapan ibu dan anak ini yang kemudian menuntun Chick untuk dapat menikmati lima tahun selanjutnya setelah usaha bunuh diri itu.

Thursday, March 25, 2010

Tantangan membaca 50 judul buku setahun

Beberapa waktu lalu saat saya browsing laman tentang dunia perpustakaan sempat terlihat beberapa slogan tentang tantangan membaca. Salah satunya adalah 75 Books Challenge for 2010. Menarik, karena banyak pustakawan yang kemudian mengikuti kampanye ini dan mulai mendaftar buku-buku yang ingin mereka baca. Entah mengapa, setelah itu saya mulai menimbang-nimbang ide menarik ini.

Selama ini memang pilihan bacaan saya tidak teratur,artinya, saya membaca buku apa saja yang ada di depan saya atau buku bagus saat lihat-lihat di toko buku. Ide yang menarik juga kalau kita punya daftar pilihan buku-buku apa saja yang ingin kita baca. Paling tidak, kita punya pilihan judul buku untuk dibaca, dan berusaha tekun dan konsisten serta disiplin untuk menuntaskan judul-judul buku yang ingin kita baca.

Akhirnya, saya mulai mengitari bagian koleksi Fiksi di perpustakaan The Dickens, dan berhasil mendaftar 30an judul buku yang ingin saya baca. Kemudian saya mendapat daftar The Top 100 books of all time dari Guardian.co.uk. Maka, jadilah daftar buku-buku pilihan saya untuk diselesaikan dalam tahun 2010. Oh ya, ada enam judul saya kososngkan untuk buku-buku baru atau buku-buku menarik yang kemungkinan ditemui belakangan.

Daftar buku-buku itu ada di dibawah tag Reading Challenge: 50 books I wish to read in 2010, disamping tulisan ini :-). Nantinya, setiap buku yang selesai dibaca, akan bergeser ke tag Books!. Kalau dihitung-hitung, saya cuma punya waktu satu minggu kurang untuk satu buku. Padahal, buku-bukunya bervariasi dari ukuran font, bahasa dan ketebalan halamannya. Contohnya, buku Nagabumi karya Seno Gumira Ajidarma ada 800an halaman. Buku Anna Karenina, juga memiliki ketebalan seukuran buku Nagabumi dengan font huruf yang kecil-kecil.

Well...apapun situasinya, niat sudah dicanangkan.

Mari membaca!

Tuesday, March 16, 2010

Libri di Luca by Mikkel Birkegaard (2007)

Birkegaard mengangkat sebuah sisi unik tentang perpustakaan, book club dan kekuatan pikiran seseorang. Berkisah dari kematian Luca, pemilik sebuah toko buku di Kopenhagen, Denmark yang mewarisi sebuah toko buku tua yang telah menjadi warisan turun temurun. Alkisah, Luca mempunyai seorang anak lagi-laki, seorang pengacara muda yang sukses yang telah merintis hidupnya jauh dari dirinya. Kematian Luca membawa Jon, anak laki-lakinya, untuk kembali ke toko buku milik ayahnya. Saat pemakaman, Jon melihat banyak orang-orang yang datang melayat ayahnya. Belakangan diketahuinya bahwa mereka adalah anggota perkumpulan pecinta buku di toko buku milik ayahnya.

Problem warisan yang jelas adalah apakah toko buku itu akan dijual oleh Jon atau ia akan mempertahankannya. Awalnya, Jon yang sedang menghadapi perkara pengadilan yang cukup rumit tidak terlalu memberi perhatian penuh pada toko buku ayahnya itu, sampai pada suatu situasi dimana ia dipecat dari perusahaan tempat ia bekerja dan ia kehilangan mobil bagus, handphone dan karirnya. Ia pun kembali ke toko buku itu dan menemui pengaruh dari orang-orang yang menganjurkan untuk menjual dan mempertahankan toko buku itu.

Birkegaard menjadikan buku ini semakin menarik, karena ia 'menghidupkan' teori A.J Greimas yang mengangkat sebuah model aktan, yang digunakan untuk menganalisa sebuah cerita dengan menggunakan enam faset atau aktan. Ke-enam aktan itu adalah:
(1) subyek (misalnya Pangeran);
(2) objek (penyelamatan Pangeran;
(3) Pengirim (Raja);
(4) Penerima (Raja, Ratu dan Pangeran, sebagai orang-orang yang mendapat keuntungan; (5) Penolong (tongkat ajaib, semangat Pangeran, yang menolong proses penyelesaian tindakan) ; dan
(6) Lawan (si peri jahat, naga, keletihan Pangeran yang menghalangi proses tersebut).*

Tentu saja, cerita ini sangat menarik jika ingin dianalisa melalui teori aktan tersebut. Namun, Birkegaard mempunyai sudut pandang lain dalam memanfaatkan model ini dalam ceritanya. Bayangkan kalau para anggota Book Club di Libri di Luca, mempunyai kemampuan menggerakkan pikirannya sebagai Pengirim atau Penerima yang menghidupkan cerita dari buku yang sedang dibaca seseorang. Jadi begini, Pengirim adalah mereka yang mempunyai kelebihan untuk menghidupkan isi ceritanya seolah-olah cerita itu hidup. Sedangkan penerima adalah mereka yang mampu menangkap isi cerita atau juga pikiran dari seseorang yang sedang membaca. Pembaca akan mengerti perpaduan interaksi si Pengirim dan Penerima ketika mereka membaca bagian buku ini saat Jon dan Katherine berinteraksi saat Jon membaca. Proses komunikasi dan interaksi tanpa bahasa verbal dan tatap muka melainkan komunikasi terjadi antar pikiran.

Ternyata ada orang-orang yang memiliki kemampuan sebagai Penerima dan Pengirim ini yang hendak menggunakan kekuatannya untuk maksud yang tidak baik. Belakangan hal ini mengungkapkan misteri kematian ayah dan ibu Jon yang ternyata kematian mereka merupakan rekayasa orang-orang yang haus akan kekuatan dan kekuasaan itu. Jon nyaris terjebak dalam permainan licik mereka, namun Katherine dan kawan-kawannya berhasil menyelamatkannya.

Saya perlu membaca secara serius untuk mencerna misteri yang terjadi. Paling tidak, saya perlu meresapi bab bab terakhir yang mengisahkan penuntasan misteri yang dihadapi Jon dan Katherine. Birkegaard cukup piawai untuk mengemas sebuah ide cerita misteri yang tidak biasa.

* Hebert, Louis, Tools for Text and Image Analysis: An Introduction to Applied Semiotic. 5. The Actantial Model