Wednesday, February 17, 2010

Pustakawan, Cinta dan Teknologi oleh Blasius Sudarsono, MLS [2009]

Alasan saya membaca buku versi soft file karya Pak Blasius Sudarsono atau biasa saya memanggilnya pak BS, karena mba Yati Kamil, President ISIPII meminta saya menjadi salah satu pembahas pada acara diskusi dan peluncuran buku ini tanggal 19 Februari 2010. Mulailah saya baca dari pengantar yang ditulis oleh Pak Agus Rusmana, tulisan tentang Cinta dan tulisan-tulisan lepas dari pak BS yang terangkum dalam buku antologi ini.

Berangkat dari catatan pak Agus yang menyatakan bahwa pembaca tidak harus membaca buku ini dari awal, maka saya mulai membuat daftar, bagian-bagian mana yang akan saya prioritaskan untuk saya baca lebih dulu. Tentulah saya memilih tulisan-tulisan yang sangat dekat dengan dunia saya, dan inilah daftar yang saya baca lebih dahulu:

- Mengapa kita berhimpun
- Mengapa harus beragam
- Pendekatan dalam pencarian dan pendokumentasian inovasi masyarakat
- Keberinformasian: sebuah pemahaman awal
- Konsep keberinformasian di sekolah
- Pengembangan fasilitas dan layanan untuk menunjang perpustaan sebagai sumber belajar
- Perpustakaan menyikapi keberadaan internet
- Perpustakaan dua titik nol
- Menerapkan konsep perpustakaan 2.0
- Refleksi dan transformasi kepustakawanan
- Pemikiran tentang pustakawan bukan PNS
- Pendidikan profesional pustakawan dan kebutuhan masa depan perpustakaan di Indonesia
- Bangkit bersama dengan budaya baca

Kemudian saya baca sisa tulisan lainnya.

Mengomentari tulisan pak BS sulit dilakukan secara obyektif. Hal ini disebabkan karan saya kenal pak BS sejak saya masih kuliah hingga tahun 2003 saya 'kembali' menemuinya untuk sekadar minum kopi bersama di ruangan kerjanya dan mendiskusikan banyak hal di dunia kepustakawanan Indonesia, dan kepustakawanan sekolah, khususnya. Kadang saya sering malu hati saat beliau mengacu kembali ke bahan kuliah yang pernah diberikan di tahun-tahun saya kuliah. Saya sudah lupa.

Ke-subyektif-an ini justru buat saya merupakan keberuntungan, karena pak BS yang saya kenal adalah sosok senior yang terbuka terhadap pandangan yang berbeda dari pendapatnya, memberi masukan apa adanya dan bahkan keberadaan beliau cenderung sebagai pemicu atau sambil berkelakar kami menyebutnya sebagai kompor-er, pemicu kobaran semangat.

Tulisan-tulisan pak BS merupakan refleksi bagi pembaca untuk melihat sudah sampai mana perjalanan kepustakawanan Indonesia saat ini. Sepengetahuan saya, belum banyak penulis buku dalam dunia kepustakawanan Indonesia yang menyinggung sejarah, perkembangan dan trend terbaru dalam dunia kepustakawanan Indonesia seperti buku ini.

Usulan saya adalah -setelah diskusi dan peluncuran buku esok hari, saat diskusi dan masukan-masukan dari hadirin-, pak BS menulis sebuah buku sebagai bentuk penyempurnaan dari ide-ide yang tertuang dalam buku ini. Nantinya buku paska Pustakawan, Cinta dan Teknologi, bisa menjadi sebuah warisan dalam sejarah perkembangan dunia kepustakawanan Indonesia, khususnya pada generasi muda untuk belajar dari sejarah dan perjalanan kepustakawanan Indonesia sejauh ini.

Apalagi beberapa hari terakhir ini, ramai dibicarakan isu tentang Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dan susunan kepengurusannya yang baru saja terbentuk. Buku ini juga diharapkan dapat memberi peta situasi yang dapat digunakan sebagai penentu arah kebersamaan langkah para pustakawan Indonesia untuk bersatu padu membuat perubahan yang lebih significant lagi di masa yang akan datang.

Kalau dalam ulasan Cinta, pak BS menyatakan bahwa cinta tidak meninggalkan pasangannya karena itu artinya cinta sudah mulai redup, maka saya menyatakan bahwa cinta justru perlu dibagi tanpa harus meninggalkan pasangan kita....

Kalau pak BS menyarikan information literacy menjadi dua ide utama yaitu berpikir kritis dan berperilaku etis, saya katakan bahwa information literacy adalah gaya hidup masyarakat yang smart

Benarkah Indonesia selalu tertinggal dan cendering sering 'latah' atau ikut-ikutan dalam perkembangan di dunia kepustakawanan jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya?

Kalau pak BS menyarikan information literacy menjadi dua ide utama yaitu berpikir kritis dan berperilaku etis, saya katakan bahwa information literacy adalah gaya hidup masyarakat yang smart

Yuk...kita diskusi lebih jauh di acara diskusi dan peluncuran buku ini besok!

Tuesday, February 9, 2010

Dewey by Vicki Myro and Bret Witter (2008)

Kucing Perpustakaan Kota Kecil yang Bikin Dunia Jatuh Hati

Saat menyelesaikan buku ini, pembaca sepertinya membaca kisah hidup Vicki, Kepala Perpustakaan Umum di kota kecil Spencer, Ioawa. Saya sendiri agak lambat menyelesaikan buku ini karena agak bosan membaca sejarah kota, ataupun kehidupan Vicki. Sementara saya mencari-cari seperti apa si kucing Dewey ini. Untunglah tekad untuk menyelesaikan buku yang saya baca dalam bahasa Indonesia-nya ini, akhirnya menuntun saya bagaimana keunikan seekor kucing yang telah membantu mempromosikan sebuah perpustakaan di tengah masyarakatnya.

Sekian belas tahun Dewey menjadi bagian dari sebuah perpustakaan umum ini memang membawa fenomena sendiri. Bagaimana keberadaannya telah membawa perubahan pada beberapa anak-anak seperti mengubah sikap mereka menjadi lebih tenang saat mendengarkan cerita pustakawan di jam Mendongeng. Lebih dari itu, Dewey telah menumbuhkan rasa kepercayaan diri bukan saja pada para pustakawan yang bertugas di perpustakaan itu, melainkan juga kepada para pustakawan lain yang berjejaring dalam sebuah asosiasi perpustakaan kecil di daerah itu.


Ada satu paragraph yang memberikan nilai inspiratif buat saya:

Perpustakaan yang hebat tidak harus besar dan indah gedungnya. Tidak harus mempunyai fasilitas terbaik atau pegawai yang paling efisien, atau pengunjung paling banyak. Perpustakaan yang hebat itu melayani. Perpustakaan itu membaur dengan kehidupan masyarakat, dalam arti tidak tergantikan. Perpustakaan yang hebat itu tidak terlihat oleh siapapun karena selalu ada dan selalu dibutuhkan.

Rasanya buku ini bisa dikategorikan buku self-motivation bagi para pustakawan. Well...paling tidak, Dewey telah membuktikan keberadaanya telah mendongrak profesi pustakawan dan peran perpustakaan menjadi lebih gereget.